Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal yang mudah. Disamping faktor yang ada di dalam diri orang itu sendiri, banyak pula faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan: “Bagaimana cara-cara belajar yang baik?”, banyak eksperimen yang telah dilakukan oleh para ahli psikologi. Dari sekian banyak penelitian dan percobaan yang dilakukan, sekian banyak pula jawaban yang dikemukakan. Namun diantara jawaban-jawaban yang heterogen itu terdapat pula beberapa yang bersifat umum yang dapat kita pergunakan sebagai pegangan. Maka dari itu ada 10 macam metode di dalam belajar yang dikemukakan oleh Dr. Rudolf Pintner, yaitu:
1. Metode keseluruhan kepada bagian (Whole to part method)
Didalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya.
Didalam mempelajari sesuatu kita harus memulai dahulu dari keseluruhan, kemudian baru mendetail kepada bagian-bagiannya.
2. Metode keseluruhan lawan bagian (Whole versus part method)
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas.
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya tidak terlalu luas.
3. Metode campuran antara keseluruhan dan bagian (Mediating method)
Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas, atau yang sukar-sukar.
Metode ini baik digunakan untuk bahan-bahan pelajaran yang skopnya sangat luas, atau yang sukar-sukar.
4. Metode resitasi (Recitation method)
Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun nonverbal. Didalam mata kuliah metodologi pengajaran metode resitasi ini disebut “metode pemberian tugas”
Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun nonverbal. Didalam mata kuliah metodologi pengajaran metode resitasi ini disebut “metode pemberian tugas”
5. Jangka waktu belajar (Length of practice periods)
Besarnya minat yang ada pada seseorang terhadap suatu pelajaran dapat memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga mungkin lebih dari 30 menit. Bahkan pada orang dewasa dapat lebih lama lagi.
Besarnya minat yang ada pada seseorang terhadap suatu pelajaran dapat memperpanjang jangka waktu belajarnya sehingga mungkin lebih dari 30 menit. Bahkan pada orang dewasa dapat lebih lama lagi.
6. Pembagian waktu belajar (Distribution of practice periods)
Untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar, 30 menit 2 X sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif dari pada belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.
Untuk belajar yang produktif diperlukan adanya pembagian waktu belajar, 30 menit 2 X sehari selama 6 hari lebih baik dan produktif dari pada belajar selama 6 jam (360 menit) tanpa berhenti.
7. Membatasi kelupaan (Counteract forgetting)
Review atau ulangan ini adalah untuk meninjau kembali atau mengingatkan kembali bahan yang pernah dipelajari. Adanya review ini sangatlah penting.
Review atau ulangan ini adalah untuk meninjau kembali atau mengingatkan kembali bahan yang pernah dipelajari. Adanya review ini sangatlah penting.
8. Menghafal (Cramming)
Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas. Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi segara setelah ujian selesai.
Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-bahan pelajaran yang luas. Namun, metode ini sebenarnya kurang baik karena hasilnya lekas dilupakan lagi segara setelah ujian selesai.
9. Kecepatan belajar dalam hubungannya dengan ingatan
Ungkapan quick learning means for getting. Di dalamnya terdapat korelasi negative antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu.
Ungkapan quick learning means for getting. Di dalamnya terdapat korelasi negative antara kecepatan memperoleh suatu pengetahuan dengan daya ingatan terhadap pengetahuan itu.
10. Retroactive inhibition
Proses seperti ini di dalam psikologi disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita. Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition itu, disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, untuk itu diperlukan adanya jadwal atau time schedule dalam belajar yang harus ditaai secara teratur.
Proses seperti ini di dalam psikologi disebut retroactive inhibition. Inhibition berarti larangan atau penolakan. Jadi pada waktu terjadi proses reproduksi di dalam jiwa kita. Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition itu, disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, untuk itu diperlukan adanya jadwal atau time schedule dalam belajar yang harus ditaai secara teratur.
Sumber :
Pintner, Rudolf, et al., Educational Psychology, Barnes F, Noble Books, London, 1970.
No comments:
Post a Comment